kemajuan kedokteran medis peradaban islam
“Aduuuh, dok…hidung saya pesek gini… Tolong gedein deh dok, biar mancung dan keliatan cakep gitu loh!!”. Ribuan wanita di seluruh dunia sekarang menggantungkan perbaikan penampilan kepada operasi plastik – walau sebenarnya tujuan semula operasi ini adalah untuk memulihkan bentuk anggota tubuh yang rusak setelah kecelakaan. Tapi sedikit yang tahu, kalau sebenarnya dalam sejarah, operasi plastik adalah salah satu terobosan oleh ahli bedah muslim bernama Al Zahrawi, lebih dari 1000 tahun lalu.
Yup, teman-teman pembaca….Tanpa kita sadari, sebenarnya banyak sekali terobosan yang dibikin oleh kebudayaan Islam, termasuk medis. Rumah sakit, RSJ, kemoterapi, vaksinasi, ilmu psikiatri, pisau bedah, ilmu bedah, penyakit kanker dan tumor, efek placebo, destilasi, anestesia, sabun sulfur, badan pengawas obat (kayak BPOM atau FDA), sampai izin praktek dokter. Bahkan believe it or not, di salah satu perpustakaan kuno di Turki ditemukan manuskrip psikologi hewan! Alasannya, hewan sudah digunakan untuk percobaan lab pada masa Islam – sehingga keadaan mentalnya pun harus diperhatikan.
Berikut ini beberapa kontribusi Islam terhadap dunia kedokteran dan farmasi…
Izin Praktek, Kelayakan Edar Obat, dan Badan Pengawas Obat
(Bagaimana Pemerintah Islam Mencegah Malpraktek)
Pada masa khalifah Al Muqtadir, terjadi satu kasus malpraktek yang mengakibatkan kematian seorang pasien. Mendengar kasus itu, Khalifah langsung mengeluarkan sebuah perintah besar-besaran agar seluruh dokter di wilayah Islam mengikuti ujian untuk memperoleh izin praktek. Pada tahun pertama, 860 orang dokter dan calon dokter mengikuti ujian ini di Baghdad saja. Namun selanjutnya, ribuan peserta ikut secara beruntun di semua wilayah Islam.
Khalifah juga mendirikan departemen yang disebut Muhtasib yang bertugas mengurus dan mengeluarkan izin praktek dan semua aturannya. Muhtasib juga mengangkat tim dari orang-orang apoteker dan ahli farmasi berprestasi yang kemudian bertugas menjadi Quality Control obat-obatan yang beredar dan menentukan apakah obat baru yang keluar layak edar atau tidak. Tim ini juga langsung terjun ke lab-lab dan rumah sakit, untuk mengecek hal-hal seperti sanitasi dan kelayakan lab tempat produksi obat.
Jadi, sebenarnya FDA atau Badan POM sudah ada di kebudayaan Islam :) .
Bahkan, obat-obatan baru pun sebelum dicobakan kepada manusia dan melalui kelayakan beredar, harus melalui tes pada hewan percobaan. Hewan percobaan yang umum digunakan meliputi kuda, keledai, kera, sampai tikus. Sampai akhirnya, seorang ahli farmasi Hunayn bin Ishaq mengusulkan agar obat-obatan itu melalui satu tahap lagi setelah uji hewan, yakni uji klinis yang melibatkan sejumlah pasien yang bersedia jadi sukarelawan.
Bagaimana cara Islam saat itu menangani malpraktek?
Nah, teman-teman pembaca, ini dia. Di wilayah Islam, bila seorang pasien setelah diobati malah bertambah sakit atau meninggal, maka keluarga pasien bisa menuntut dokter yang bersangkutan dengan cara pergi ke Muhtasib sambil membawa kertas-kertas resep yang ditulis dokter itu. Muhtasib akan meneliti apakah resep-resep ini memang memenuhi syarat atau tidak, bahkan mengecek obat pasien ini bahannya layak atau tidak. Kalau dokter ini terbukti bersalah, maka hukuman menantinya mulai dari denda, penjara, sampai pencabutan izin praktek. Tapi kalau ternyata dokternya sudah benar, atau misalnya dari faktor pasien yang misalnya tidak patuh pantangan atau karena ia terlambat ditangani…maka dokter ini dibebaskan.
Bayangkan ya teman-teman pembaca…..hanya satu orang korban malpraktek saja sudah mengubah sejarah dunia medis, saking pekanya pemerintahan saat itu. Coba kalo di Indonesia, udah korban malpraktek menderita, eh pelakunya bebas aja tanpa bayar ganti rugi sedikitpun.
Pendidikan Kedokteran
Calon mahasiswa harus melewati ujian seleksi masuk yang cukup ketat untuk dapat diterima di sekolah kedokteran, meliputi kimia dan beberapa ilmu dasar lain. Namun kimia adalah penentu utama di sini. Gagal di kimia berarti goodbye. Porsi teori dan praktek di dalam kuliah sangat fifty-fifty. Bahkan, rumah sakit-rumah sakit Islam dilengkapi dengan kelas mirip amphiteater untuk kuliah field trip para mahasiswa. Di sini para mahasiswa dipertemukan dengan dokter-dokter terbaik pada masanya, dan dibawa untuk mendiagnosis penyakit pasien. Enam hal yang harus dilaporkan mahasiswa dalam pengamatannya meliputi perilaku pasien, ekskresi, lokasi rasa sakit, adanya pembengkakan atau effuvia, karakteristik rasa sakit, sampai karakteristik kulit dan warna mata serta lidah.
Tak hanya itu, pada masa Islam pun mahasiswa kedokteran tahun terakhir juga diwajibkan untuk PKL atau KKN di rumah sakit selama satu tahun sebelum melalui ujian akhir dan ujian izin praktek. Mahasiswa wajib melaporkan dan membandingkan kondisi lapangan dengan teori di buku. Ini adalah usulan Ar-Razi, yang kemudian diterima luas untuk meningkatkan kualitas dokter. (Tanpa lebai, bisa jadi PKL mahasiswa pertama dalam sejarah adalah di universitas Islam. :D )
Rumah Sakit dan RSJ
Rumah sakit Islam menerima pasien secara gratisan dan melayani segala macam pasien tanpa peduli agama, jenis kelamin, suku, dan status sosialnya. Bahkan, pasien pria dan wanita dipisahkan. Pasien pria ditangani dokter pria, dan pasien wanita ditangani dokter wanita. Ruang-ruang kamar pasien pun dipisahkan menurut jenis penyakitnya. Pada masa ini sudah ada para perawat, yang kebanyakan dari Sudan.
Rumah sakit jiwa sendiri diusulkan oleh Ibnu Sina (dan diterima pemerintah) di mana ia sendiri menyadari pentingnya psikiatri. Ketika di Eropa orang-orang sakit jiwa masih dibakar hidup-hidup karena dianggap setan, orang-orang sakit jiwa di wilayah Islam diperlakukan sangat baik. RSJ memiliki fasilitas seperti pemandian, air mancur, taman, dan musik. Pada saat itu, para psikiater Islam menggunakan metode diet, terapi musik, dan konseling untuk mengobati berbagai penyakit jiwa. Baru-baru ini, Thee cukup tercengang karena metode diet ini digali lagi di Barat sebagai pengobatan alternatif psikiatri, dan tingkat kesembuhannya cukup tinggi. Berbagai RSJ di wilayah Islam di antaranya di Maroko (800 M), Baghdad (705 M), Kairo (800 M), Damaskus dan Aleppo (1270 M).
Rumah sakit juga memiliki ruang konferensi dan perpustakaan dengan koleksi buku yang selalu di-update. Perpustakaan RS Tulum yang dibangun di Kairo tahun 872 M, memiliki 100.000 koleksi buku. Sebagai perbandingan, Universitas Mustansiriyya di Baghdad memiliki 80.000 volume, perpustakaan Cordoba 600.000 volume, sedangkan Kairo 2 juta dan Tripoli 3 juta buku. Bagaimana cara mensuplai buku sebanyak itu? Ya bayangin aja, karena mesin cetak belum ada, tentu saja ditulis tangan.
Selain itu, para pasien berpenyakit menular yang dirawat inap di RS diwajibkan membuang seluruh pakaian yang melekat di badan ketika ia masuk dan hanya memakai pakaian bersih khusus yang disediakan RS.
Tak hanya itu, mobile hospital telah ditemukan pada masa Islam. Rumah sakit berjalan ini digerakkan oleh kereta kuda melayani tempat-tempat terpencil yang sulit dijangkau, wilayah wabah, atau wilayah perang. Bahkan, penjara juga dikunjungi dokter 2 minggu sekali untuk menangani kesehatan para napi.
Untuk pertama kali dalam sejarah, RS-RS islam sudah menyimpan arsip riwayat medis dan kesehatan para pasiennya. Tak hanya itu, pasien yang tidak mampu pun diberi uang 5 keping emas setelah keluar rawat inap RS sehingga ia bisa menafkahi dirinya sendiri saat masa pemulihan. Hmm….udah masuk RS gratis, obatnya gratis, eh keluarnya dikasih duit pula
Ilmu Bedah
Tak diragukan lagi, ilmu bedah masa Islam sudah sangat maju sehingga banyak yang masih digunakan hingga saat ini. Salah satunya adalah anestesi. Ibnu Sina memperkenalkan berbagai bahan yang telah dimanfaatkan sebagai anestesi, seperti morfin, opium, belladonna, mandragora, hemlock, dan biji lettuce. Ia juga memberi peringatan keras untuk jangan pernah menggunakan bahan-bahan ini dengan serampangan karena memiliki efek racun. Untuk anestesi, telah ada teknik mencelupkan spons dengan zat anestesi. Pasien menghirup dalam-dalam spons ini sebelum melalui operasi.
Abu al-Qasim Khalaf Ibn Abbas Al-Zahrawi (930-1013 A.D.), atau yang dikenal di Barat sebagai Abulcasis, Bucasis, atau Alzahravius, merupakan salah satu bapak ilmu bedah dalam sejarah Islam. Dalam bukunya Al Tasrif, ia menjelaskan hemofilia pertama kali dalam sejarah. Buku ini juga memuat deskripsi dan ilustrasi 200 alat bedah yang kebanyakan ia ciptakan dan sampai kini dipakai, seperti gergaji tulang. Di dalam buku ini Al Zahrawi menekankan pentingnya pemahaman anatomi untuk melaksanakan pembedahan. Ia memperkenalkan prosedur tambal gigi yang saat itu dari tulang sapi. Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan cotton untuk mengontrol pendarahan, untuk pembalut patah tulang, dan dalam kedokteran gigi.
Zahrawi juga memperkenalkan posisi lithotomi untuk operasi vaginal, trakeotomi, dan operasi penghilangan batu ginjal. Deskripsinya mengenai varicose veins stripping, bahkan setelah 10 abad berlalu, tetap dianggap sebagai pembedahan modern. Di bidang bedah tulang ia memperkenalkan apa yang kini disebut Metode Kocher untuk mereduksi dislokasi bahu dan patelektomi, 1000 tahun sebelum Brooke memperkenalkan ulang prosedur ini tahun 1937. Ibnu Sina juga mendeskripsikan metode pembedahan tumor yang masih berlaku hingga kini. Seorang ahli bedah tak dikenal dari Shiraz merupakan salah satu orang pertama yang melakukan operasi kolostomi pertama (pembuatan anus artifisial dari lubang perut). Berbagai prosedur pembedahan operasi oleh Al Zahrawi masih digunakan hingga saat ini.
Bahkan Ibnu Sina telah menemukan anatomi peredaran darah dan fungsinya, 600 tahun lebih sebelum William Harvey.
Kalau Anda mempelajari pencernaan makanan saat SD, Al Ash’ath telah melakukan percobaan untuk mendemonstrasikan cara kerja organ pencernaan dan peristaltiknya. Abu Shal Al-Masihi menjelaskan bahwa absorpsi makanan bekerja lebih lama di usus daripada lambung. Ibnu Zuhr juga telah menciptakan lambung tiruan yang bekerja identik seperti cara kerja lambung asli untuk beberapa penelitiannya.
Walau operasi katarak telah umum pada masa Islam, namun tidak sembarang orang boleh mempraktekkan. Hanya dokter spesialis bedah boleh mengoperasi mata. Ibnu Sina telah menjelaskan banyak dan jenis otot pada bola mata serta fungsinya masing-masing dalam masterpiece-nya Canon of Medicine.
kemajuan ilmu kedokteran islam
Salah satu terobosan Islam terbesar dalam operasi mata adalah ekstraksi katarak yang dilakukan Ammar bin Ali. Ia memperkenalkan cara penyuntikan jarum kosong ke dalam slerotik kemudian mengekstraksi lensa mata dengan penghisapan. Metode ini baru ditemukan kembali di Eropa tahun 1900-an.
Farmasi dan Obat-Obatan
Teknik-teknik seperti destilasi, liquefaksi, kristalisasi, purifikasi, kondensasi, evaporasi, filtrasi, oksidisasi, kalsinasi, dll telah banyak digunakan dalam lab-lab wilayah Islam, termasuk untuk memproduksi obat-obatan. Kebanyakan teknik ini ditemukan Jabir Ibn Hayyan, sedangkan destilasi dikembangkan oleh Ibnu Sina. Menjamurnya apotek membuat Departemen Muhtasib membuat tim Quality Control untuk mengawasi kelayakan produksi mereka, termasuk ancaman hukuman berat untuk siapapun yang memalsukan obat.
Seorang ahli farmasi, Hunain bin Ishaq dalam bukunya Al Masail, menjelaskan metode untuk mengkonfirmasi efektivitas obat dengan cara mengujikannya kepada manusia. Ia juga menekankan pentingnya prognosis dan diagnosis untuk pengobatan lebih efektif.
Farmasi menjadi ilmu independen, terpisah dari kedokteran dan kimia biasa. Sejak masa Khalifah Al Ma’mun dan Al Mu’tasim, para farmasis dan apoteker harus menjalani ujian praktek tersendiri untuk dapat memperoleh izin praktek.
Bahkan vaksinasi sebenarnya bukan temuan Jenner atau Pasteur. Praktik vaksinasi telah umum di dunia Islam pada anak-anak balita dan diperkenalkan ke Eropa oleh istri duta besar Perancis di Istanbul tahun 1726. Vaksin yang telah umum dilakukan di dunia Islam 50 tahun sebelum Eropa saat itu adalah cacar dan cacar air.
Karena ini, banyak istilah kimia memiliki nama berasal dari bahasa Arab : sirup, alkali, alkohol, asam sulfat, asam nitrat, aldehid, alembic, elixir, dll. Bahkan telah ditemukan pemflavor alami yang dibuat dari air mawar, orange blossom water, kulit jeruk, tragacanth, dll.
Walau bangsa Mesir Kuno dan Romawi telah menggunakan bahan-bahan untuk mewangikan rambut dan tubuh, namun ahli kimia Islam telah mengkombinasikan natrium hidroksida atau pelarut lain dengan minyak tumbuhan dan bahan-bahan aromatik pewangi menjadi shampo dan sabun. Alasannya sederhana – karena agama Islam menyukai keindahan dan kebersihan. Saat perang salib, mudah bagi pasukan muslim mendeteksi pasukan Eropa : mereka tidak pernah mandi atau keramas, sehingga baunya minta ampun :D . Ketika wabah penyakit kulit melanda Eropa, Ar Razi (?) memformulasikan sabun sulfur setelah ia menemukan sulfur bersifat antimikroba.
Shampo diperkenalkan di Eropa oleh seorang pengusaha muslim yang membuka salon spa di Brighton, Inggris, tahun 1759 dengan nama Mahomed’s Indian Vapour Baths. Sejumlah kaum elitis, termasuk Raja George IV dan William IV merupakan pelanggan setia dari salon/spa ini.
Psikiatri dan Mind and Body
Ibnu Sina dan Ar Razi adalah dua dokter yang paling percaya kalau pikiran manusia mempengaruhi keadaan hidupnya, termasuk kondisi tubuhnya. Berdasarkan hal ini, efek placebo telah ditemukan (walau kurang tahu apakah placebo sudah benar-benar digunakan saat itu).
Saat umat-umat agama lain masih menganggap sakit jiwa itu adalah akibat setan atau hukuman Tuhan, para dokter Islam telah membuat garis batas logika yang jelas tentang diagnosa penyakit jiwa.
Salah satu pasien Ibnu Sina diceritakan menderita sakit parah. Setelah dicek, ternyata pria pasien ini depresi karena jatuh cinta dengan gadis tetangga
Sebagai kepala rumah sakit, Ar-Razi pernah mencatat kejadian konyol dalam salah satu jurnalnya di RS. Jadi, ada seorang pasien wanita yang menderita arthritis di lututnya sampai berjalan saja sulit. Tapi suatu saat, di RS semua dokter wanita pada full sehingga seorang dokter pria akhirnya disuruh menangani dia. Tentu saja untuk memeriksa arthritis di lututnya, wanita ini harus menyingkap rok panjangnya sampai sebatas lutut. Nah, wanita ini begitu malu auratnya disingkap sehingga ia menendang-nendang selama pemeriksaan. Anehnya, pasien wanita ini malah jadi sembuh dari arthritisnya. Menurut Ar Razi, rasa malu wanita ini yang justru membuatnya sembuh.
Cerita aneh lain, saat itu gubernur setempat sakit arthritis di lututnya. Diobati segala macam, gubernur ini tidak sembuh-sembuh. Ar Razi menemukan bahwa mental negative thinking gubernur ini yang sebenarnya membuat tubuhnya tidak merespon obat. Akhirnya suatu saat, Ar Razi mengeluarkan ide gila. Ia menyuruh gubernur untuk berendam air panas di bathup. Ketika enak-enak berendam, tiba-tiba Ar Razi masuk kamar mandi dan mengancam dengan pisau kalau ia akan membunuh gubernur. Ketakutan setengah mati, gubernur langsung loncat dari bathup dan lari ketakutan hingga tanpa ia sadari, arthritisnya sembuh.
(Note : Jangan coba ini di rumah ya!!!!!!!!)
Sumber : Theeas
0 komentar:
Posting Komentar